>
Tepat jam 7 malam, orangtua murid mulai masuk kedalam ruang kelas di sekolah. Beberapa orang tua terlihat penuh sopan santun, ada pula orangtua yang kelihatannya sombong, ada pula yang terlihat begitu berhati-hati. Ketika guru mulai tutup pintu dan mulai bicara, pintu yang baru saja ditutup terbuka kembali perlahan, seorang pria paruh baya, badannya kotor penuh dengan debu muncul di balik pintu. Dengan muka yang tersenyum dia mohon maaf karena datang terlambat.
Kehadirannya menarik perhatian orangtua murid yang lain. Dia mengenakan pakaian kerja yang telah luntur dan penuh bercak cat. Celananya pekat dengan debu, dia menggunakan sepatu boot yang penuh dengan lumpur. Dia terlihat seperti baru pulang dari kerja bangunan.
Guru itu berkata : " Permisi, Bapak siapa? " Pria paruh baya itu berkata : " Saya ayahnya Ayyub " Guru itu terlihat kaget, namun segera meminta pria itu menandatangani buku kehadiran. Ayah dari Ayyub dengan muka yang tertunduk berkata : " Maaf, Pak Guru, saya tidak bisa membaca dan menulis... " Beberapa orangtua murid yang lain terdengar ada yang mulai menertawakan, sang guru itu juga berkata : " Tidak apa-apa, saya yang akan membantu Bapak tanda tangan. "
Lalu guru itu mulai menjelaskan, maksud diadakannya rapat orangtua murid yaitu agar setiap orangtua bisa saling berbagi pengalaman mengenai bagaimana cara mendidik anak dan kesannya selama mendidik anak. Ada 2-3 orangtua murid membagikan pengalaman mereka dalam mendidik anak-anak mereka, yakni bagaimana mereka mendidik anak mereka dengan ketat, agar mereka ingin menulis pr mereka, membantu anak-anak mereka mencarikan guru les tambahan, dan lain-lain.
Ketika guru itu meminta ayah dari Ayyub untuk bicara, ia memperkenalkan, " Ayyub yaitu seseorang murid teladan dengan nilai terbagus di kelas. Pelajaran matematika selalu mendapatkan nilai terbaik, ia tidak pernah terlambat, selalu berlaku baik pada sebagian temannya. Mari sama-sama kita dengarkan bagaimana bapak dari Ayyub mendidik anaknya. "
Banyak orangtua murid yang lain tampak kaget. Bapak yg tidak terpelajar tetapi mempunyai anak yang hebat. Ayah Ayyub dengan agak sedikit canggung mulai berjalan ke depan. Ia sedikit tertunduk, tidak begitu berani menatap mata para orangtua murid yang lain. Ini perkataannya :
Saya hanya suka melihat anak saya mengerjakan PR nya. Setiap kali sepulang kerja, tidak peduli seberapa capeknya saya, saya pastinya akan duduk di samping dia untuk melihatnya mengerjakan PR yang ada. Satu hari, anak saya bertanya pada saya, " Ayah, setiap hari melihat saya mengerjakan PR, apa Ayah tahu apa yang saya kerjakan? " Saya berkata " Ayah tidak tahu. " Lalu anak saya bertanya : " Ayah, bila Ayah tidak tahu bagaimana Ayah tahu saya mengerjakannya dengan benar atau tidak? "
Saya berkata : " Bila kamu mengerjakannya dengan cepat, jadi Ayah tahu kalau soal ini begitu mudah ; bila kamu menyalakan kipas angin, mengambil minum, jadi Ayah tahu kalau soal itu susah. "
Saya seorang buruh bangunan. Suatu kali saya mengangkat wajah saya dan melihat bangunan tinggi yang saya bangun, saya bertanya pada anak saya, apakah kamu ingin tinggal dirumah yang tinggi, yang besar, rumah yang indah? Mengendarai mobil bagus? Anak saya menganggukkan kepalanya. Saya berkata : " Oleh karena itu kamu harus belajar dengan baik. "
Saya tidak sekolah, tidak bisa membaca dan menulis, saya tidak tahu bagaimana cara-cara hebat mendidik anak. Saya hanya suka bercakap-cakap dengan anak saya. Anak saya suka jongkok di samping saya ketika saya bekerja. Saya tidak memberi uang jajan pada anak, ia tidak bermain internet, juga tidak belanja macam-macam. Dia sering dirumah membantu saya mencuci pakaian.
Setelah selesai bicara, dia membungkuk untuk memberikan hormat pada sang guru! Orangtua murid yang lain terpaku tidak bergeming, hati mereka begitu tersentuh oleh perkataannya. Bapak ini walau tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan tidak dalam keadaan ekonomi yang cukup, namun ia begitu hormat pada guru. Dia juga senang menemani anaknya. Ini adalah caranya bagaimana dia berhasil dalam mendidik anak! Cerpen