>
Betapa besarnya pengorbanan seorang Ayah yang anda maupun saya tidak menyadarinya sebab Ayah tidak pernah mengungkapkan ini pada anak-anaknya, dia melakukan dan selalu melakukan ini untuk anak-anaknya tanpa mengharapkan balasan dari sang anak sampai beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir,
Memang dari segi Agama, Ulama sudah banyak menjelaskan mengenai keutamaan pada seorang Ayah meupun ibu, di mana peran ibu tiga kali lebih mulia dari Ayah, seperti Sabda Rasulullah :
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang pada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, pada siapakah saya harus berbakti pertama kali? ’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu! ’ Dan orang itu kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi? ’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu! ’ Orang itu bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi? ’ Beliau menjawab, ‘Ibumu. ’ Orang itu bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu. ’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Bahkan hal semacam ini diperkuat oleh Ayat Al Qur’an :
“Kami perintahkan pada manusia agar berbuat baik pada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (juga). Mengandungnya sampai menyapihnya yaitu tiga puluh bln., sehingga jika dia sudah dewasa dan umurnya sampai empat puluh th. ia berdo’a : “Ya Tuhanku, tunjukilah saya untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan pada ibu bapakku dan supaya saya bisa berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (berikan kebaikan) pada anak cucuku. Sesungguhnya saya bertaubat pada Engkau dan sebenarnya saya termasuk orang-orang yang berserah diri. ” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Tetapi, banyak yg tidak tahu kelebihan seorang Ayah yang sering di rahasiakan sang Ayah pada anaknya, untuk lebih jelasnya simak cerita tersebut yang kami kutip dari log. palingseru. com :
Mungkin ibu lebih sering menelpon untuk bertanya keadaanku setiap hari, namun apakah saya tahu, kalau sesungguhnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku? Semasa kecil, ibukulah yang seringkali menggendongku. Namun apakah saya tau kalau saat ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu bertanya apa yang saya lakukan seharian, walaupun beliau tidak bertanya langsung kepadaku karena saking letihnya mencari nafkah dan melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku.
Waktu saya sakit demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Janganlah minum es! ” Lalu saya merengut menjauhi ayahku dan menangis didepan ibu.
Namun apakah saya tahu kalau ayahlah yang kuatir dengan keadaanku, hingga beliau hanya dapat menggigit bibir menahan kesakitanku.
Ketika saya remaja, saya meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh! ”Sadarkah saya, kalau ayahku hanya ingin menjaga saya, beliau lebih tahu dunia luar, dibanding saya bahkan ibuku?
Karena untuk ayah, saya adalah sesuatu yang begitu bernilai. Waktu saya telah dipercayai olehnya, ayah juga melonggarkan peraturannya.
Jadi terkadang saya melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu saya diruang tamu dengan rasa begitu kuatir, bahkan hingga menyuruh ibu untuk mengontak sebagian temannya untuk bertanya keadaanku, ”dimana, dan sedang apa saya di luar sana. ”
Setelah saya dewasa, walaupun ibu yang mengantar saya ke sekolah untuk belajar, namun tahukah saya, kalau ayahlah yang berkata : Ibu, temanilah anakmu, saya pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama.
Disaat saya merengek membutuhkan ini – itu, untuk kepentingan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, serta hanya memikirkan, kemana saya harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.
Waktu saya berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukku. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku saat ini berhasil. ” Walaupun terkadang saya hanya dapat membelikan pakaian koko itu juga hanya setahun sekali. Ayah akan tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, hanya bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya. Sampai ketika nanti saya menemukan jodohku, ayahku akan begitu berhati – hati mengizinkannya.
Dan akhirnya, waktu ayah melihatku duduk di atas pelaminan bersama pasanganku, ayahpun tersenyum bahagia. Lalu pernahkah saya memergoki, kalau ayah pernah pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah begitu bahagia. Dan beliau juga berdoa, “Ya Alloh, tugasku sudah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.
”Pesan ibu ke anak untuk seorang Ayah”
Anakku..
Memang ayah tidak mengandungmu, namun darahnya mengalir di darahmu, namanya melekat dinamamu … Memang ayah tidak melahirkanmu, Memang ayah tidak menyusuimu, namun dari keringatnyalah setiap tetesan sebagai air susumu …
Nak..
Ayah memang tidak menjagaimu setiap saat, namun tahukah kau dalam do’anya selalu ada namamu disebutnya … Tangisan ayah mungkin tidak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat supaya kau tidak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya saat kau merasa tidak aman…
Pelukan ayahmu mungkin tidak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tidak sanggup melepaskanmu… Dia ingin kau mandiri, supaya saat kami tidak ada kau mampu menghadapi semua sendiri..
Bunda hanya ingin kau tahu nak.. bahwa… Cinta ayah padamu sama besarnya dengan cinta bunda.. Anakku… Jadi didirinya juga ada surga bagimu… Jadi hormati dan sayangi ayahmu.
Terima Kasih Ayah
Bagikan tulisan sederhana pada semua temanmu, supaya kita semua tahu rahasia besar seorang ayah. topiktrend