Kisah Mualaf Aishah dari Irlandia: Ayahku Katolik Taat Membelikanku Al Qur'an dan Hijab

>
Namaku sebelum menjadi muslimah yaitu Liza. Sesudah bersyahadat, saya mengubahnya jadi Aishah Caulfield. Saya lahir dan besar di Dublin, Irlandia. Sudah lama sebenarnya saya tertarik pada Islam. Gaya hidupku sedari awal sudah berbeda dari mayoritas orang barat biasanya dan Irlandia terutama. Saya tidak suka minum-minuman keras dan tidak pergi ke nightclub. Bahkan saya bertanya-tanya, apakah ada diluar sana sekelompok orang yang menyukai gaya hidup jauh dari hingar-bingar sepertiku ini ya? 


Sebelum bertemu Islam, rasanya ada bagian dari diriku yang hilang. Saya selalu berupaya mencarinya. Sedari awal saya cocok di semua sisi dengan Islam, tapi waktu itu saya masih belum menemukannya. Tugasku waktu itu yaitu menemukan agama atau way of life yang cocok denganku, itu saja. Melalui pencarian yang cukup intens, bertemulah saya dengan Islam. Awalannya, saya tidak begitu tertarik dengan agama ini. Terlebih saat peristiwa 9/11 yakni pemboman WTC di Amerika terjadi, saya juga berkata pada diriku sendiri. 

“Baiklah, sepertinya tidak sekarang belajar Islam. Namun satu dikala nanti, saya pasti akan berupaya mengenalmu lebih dalam. ” 

 Benar saja, tidak perlu waktu lama saya semakin tertarik pada agama yang satu ini. Bukan itu saja, saya bahkan mantap untuk berpindah agama dari keluarga yang begitu kental Katolik dan memilih Islam. Ayahku, seseorang Katolik taat yang selalu berdoa setiap pagi dan malam dengan cara Katolik, ada ke misa gereja setiap Minggu dan melakukan pernyataan dosa sebulan sekali, turut mendukungku. 

“Ini semuanya tentang waktu, anakku, ” tuturnya ketika saya mengucapkan syahadat secara resmi. Ayah seolah tahu kalau satu ketika saya akan memilih jalan ini, jalan Islam. Oleh karenanya dia mengatakan hal itu. Ayah bahkan membelikanku Al Quran sebagai hadiah keislamanku. Sungguh, dia betul-betul ayah yang luar biasa. Keluarga yang lain juga turut mensupport. Mereka membelikan hijab untukku. 

Sekarang ini, saya benar-benar merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Ditambah lagi saya menikah dengan seorang lelaki Muslim dari Mauritius, lengkap sudah bahagia ini. Bagiku, Islam yaitu agama yang tenang di banding keyakinanku sebelumnya. Saya juga merasakan kedamaian didalam Islam ini. 

Ada satu rasa yang indah ketika saya tahu kalau semua umat Islam didunia melakukan salat yang sama, menghadap Mekkah ke arah Kakbah yang sama dan juga di beberapa waktu yang sama yang sudah ditetapkan lima kali dalam satu hari. Terlebih ketika diri bersimpuh dalam sujud dan meletakkan wajah sejajar dengan lantai, betul-betul satu rasa yang luar biasa hebat dan suci dari semua hal yang pernah kurasakan. Ini yaitu satu bentuk kepasrahan keseluruhan dari manusia pada penciptanya. Subhanallah, Alhamdulillah, Wala ilaha illallahu akbar! (riafariana/islamconverts/voa-islam. com)

Subscribe to receive free email updates: