Anjuran Mencari Usaha yang Halal dan Keutamaan Qana’ah

>
Allah subhanahu wata’ala berfirman : “Maka apabila shalat itu sudah selesai, jadi menyebarlah kalian diatas muka bumi dan cari keutamaan dari Allah. ” (Al-Jumu’ah : 10) 


Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda : 

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَي�'رًا مِن�' أَن�' يَأ�'كُلَ مِن�' عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ كَانَ يَأ�'كُلُ مِن�' عَمَلِ يَدِهِ 

“Tidaklah ada seorang juga yang memakan suatu makanan yang lebih baik dari pada apa yang dia makan dari hasil usahanya sendiri. Dan sungguh Nabiyullah Dawud makan dari hasil usahanya sendiri. ” (HR. Al-Bukhari dari Miqdam bin Ma’dikarib radhialahu anhu) 

Sungguh benar. Berusaha mencari rejeki yang halal dari hasil usaha sendiri, bukan dengan cara mengemis, diiringi dengan ketakwaan dan tawakkal pada Allah subhanahu wata’ala, setelah itu banyak bersyukur serta qana’ah (merasa cukup) atas anugerah rezeki dari Allah subhanahu wata’ala. Alangkah tentramnya hati seorang hamba yang mempunyai sifat qana’ah 

Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda : 

لَي�'سَ ال�'غِنَى عَن�' كَث�'رِةِ ال�'عَرَضِ وَلَكِنَّ ال�'غِنَى غِنَى النَّف�'سِ 

“Bukanlah kekayaan itu karena banyak materi (dunia). Tetapi kekayaan yang hakiki yaitu kekayaan (yang ada) dalam hati. ” (Muttafaqun ‘alaih dari Abu Hurairah radhilahu anhu) 
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhilahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda : 

قَد�' أَف�'لَحَ مَن�' أَس�'لَمَ وَكَانَ رِز�'قُهُ كِفَافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا أَتَاهُ 



“Sungguh bahagia seorang yang masuk Islam, rezekinya cukup dan Allah menjadikan dia merasa qana’ah dengan apa yang Allah anugerahkan padanya. ” (HR. Muslim) 

Seorang hamba yang di beri anugerah sifat qana’ah yaitu orang yang merasa paling kaya didunia. Sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasalam : 

مَن�' أَص�'بَحَ مِن�'كُم�' آمِنًا فـِي سِر�'بِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِن�'دَهُ قُوتُ يَو�'مِهِ فَكَأَنَّمَا حُيِّزَت�' لَهُ الدُّن�'يَا بِحَذَافِيرِهَا 

“Siapa saja diantara kalian yang berpagi hari dalam keadaan aman (tentram) jiwanya, di beri kesehatan pada jasadnya, mempunyai makanan pada hari itu, jadi seolah telah dianugerahkan untuk dia dunia seisinya. ” (HR. At-Tirmidzi dan beliau hasankan dari shahabat Abdullah bin Mihshan Al-Anshari radhialahu anhu) 

Akhirul kalam, mari kita renungkan bersama sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasalam tersebut : 

مَن�' كَانَتِ الدُّن�'يَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَي�'هِ أَم�'رَهُ وَجَعَلَ فَق�'رَهُ بَي�'نَ عَي�'نَي�'هِ وَلَم�' يَأ�'تِهِ مِنَ الدُّن�'يَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَن�' كَانَتِ ال�'آخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَم�'رَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَل�'بِهِ وَأَتَت�'هُ الدُّن�'يَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ 

“Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai cita-cita/harapannya, jadi Allah akan cerai-beraikan urusannya, Allah jadikan kefaqiran selalu di pelupuk ke-2 matanya, dan dunia tidak akan datang padanya kecuali apa yang sudah diputuskan untuk dia. Dan barangsiapa akhirat sebagai niatnya, jadi Allah akan kumpulkan urusannya, Allah jadikan kekayaan dalam hatinya, dan dunia akan datang padanya dalam keadaan dunia itu tidak suka. ” (HR. Ibnu Majah dari Zaid bin Tsabit radhilahu anhu serta dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad 1/263) 
Wallahu a’lam bish-shawab Sumber : reportaseterkini. net

Subscribe to receive free email updates: