>
Sebuah bangunan tua di kawasan Jln. Puri Medan, Kelurahan Komat, Kecamatan Medan Area, Medan Sumatera Utara, sering didatangi orang-orang untuk berobat. Dialah Prof. Dr. Aznan Lelo Ph. D, Sp. FK adalah guru besar Fakultas Kedokteran Kampus Sumatera Utara (USU). Beliau membuka praktek tanpa memasang papan nama, pada pasiennya dia tidak memasang tarif.
Pasien membayar jasa konsultasi dan obat racikannya sesuka hati. Resepnya untuk obat apotek juga terjangkau.
Dari pengakuannya, dia tidak miliki rumah sendiri. Memang ada satu rumah BTN yang dibelinya secara kredit mulai sejak 1981 di kawasan Johor, namun tidak pernah ia nikmati. Selama ini dia tinggal dirumah mertuanya dan dirumah dinas USU.
Aznan yang tidak sangat bernafsu memikirkan harta duniawi. Prinsip hidupnya sederhana, " Saya yang penting tidak ada utang, itu saja prinsipku. "
Prinsip itu sudah tertanam didalam dirinya sejak kecil. Hingga dewasa, prinsip itu selalu dia pegang jadi kepercayaan.
Dokter untuk aznan, adalah profesi yang tidak bisa menetapkan tarif jasa pembayaran. Sama seperti seperti dua profesi yang lain, yaitu pengacara dan guru.
" Yang datang ke pengacara itu kan orang meminta nasihat, datang ke guru karena orang ingin belajar, datang ke dokter karena orang ingin minta pengobatan. Kecuali karena ilmu kita dia jadi pandai, lalu dia kaya, selalu dia memberi suatu hal tidak kita minta, bisa. Jadi, tiga profesi ini harusnya tidak bisa membuat tarif, " tuturnya.
Aznan mengaku pasti, prinsip dia diragukan orang. Bagaimana ia membiayai hidup keluarga dan menyekolahkan anaknya sampai ketiga anaknya meraih sarjana?
" Bila saya boleh kasih nasihat sama kawan-kawan dokter, jangan tiru saya. Bila juga mau kan telah kujelaskan tadi, kalau harus yakin dahulu dengan ke-Islaman. Kalau Islam itu rahmatan lil `aalamin (rahmat untuk semua alam).
Semoga kisah beliau dapat menginspirasi buat para dokter dan calon-calon dokter ya.
Sumber : WartaPunyaMedan
Pasien membayar jasa konsultasi dan obat racikannya sesuka hati. Resepnya untuk obat apotek juga terjangkau.
Dari pengakuannya, dia tidak miliki rumah sendiri. Memang ada satu rumah BTN yang dibelinya secara kredit mulai sejak 1981 di kawasan Johor, namun tidak pernah ia nikmati. Selama ini dia tinggal dirumah mertuanya dan dirumah dinas USU.
Aznan yang tidak sangat bernafsu memikirkan harta duniawi. Prinsip hidupnya sederhana, " Saya yang penting tidak ada utang, itu saja prinsipku. "
Prinsip itu sudah tertanam didalam dirinya sejak kecil. Hingga dewasa, prinsip itu selalu dia pegang jadi kepercayaan.
Dokter untuk aznan, adalah profesi yang tidak bisa menetapkan tarif jasa pembayaran. Sama seperti seperti dua profesi yang lain, yaitu pengacara dan guru.
" Yang datang ke pengacara itu kan orang meminta nasihat, datang ke guru karena orang ingin belajar, datang ke dokter karena orang ingin minta pengobatan. Kecuali karena ilmu kita dia jadi pandai, lalu dia kaya, selalu dia memberi suatu hal tidak kita minta, bisa. Jadi, tiga profesi ini harusnya tidak bisa membuat tarif, " tuturnya.
Aznan mengaku pasti, prinsip dia diragukan orang. Bagaimana ia membiayai hidup keluarga dan menyekolahkan anaknya sampai ketiga anaknya meraih sarjana?
" Bila saya boleh kasih nasihat sama kawan-kawan dokter, jangan tiru saya. Bila juga mau kan telah kujelaskan tadi, kalau harus yakin dahulu dengan ke-Islaman. Kalau Islam itu rahmatan lil `aalamin (rahmat untuk semua alam).
Semoga kisah beliau dapat menginspirasi buat para dokter dan calon-calon dokter ya.
Sumber : WartaPunyaMedan