>
Sesejuk Rembulan - Ada yang menikah cuma karena ingin ada tempat bercakap. Meyakini hanya karena menginginkan ngobrol? obrolan saat ini kan digantiin gadget? Ada yang menikah sebatas ingin ada yang masakin. Yakin pengin ada yang masakin? Warung nasi di pengkolan masih banyak?
Ada yang menikah karena menginginkan ada yang mijit jika capek. Helo, itu istri apa tukang pijat ya? Ada yang menikah cuma menginginkan ada yang ngasih uang jajan. On-line shop, penggiatnya banyak ibu dan bujangwati. Ada yang menikah agar ada yang boncengin jika ada pertemuan. Owh gitu? Jadi suami itu mirip tukang ojek ya? Ada yang menikah katanya menginginkan agar tidak disebut jomblo ngenes. Yakin? Trus apa nanti jika nikah tidak bakalan ngenes?
Saya tidak menyampaikan alasan rekan-rekan yang di atas tadi 'salah', tetapi itu prinsip menikah yang 'lemah'. Memang mungkin saja ada beberapa yang menikah dengan sebagian alasan di atas, trus pada akhirnya bisa abadi hingga saat ini. Namun semestinya " mempersiapkan " akan jauh tambah baik, dari pada " tidak dipersiapkan ", akan berkesan terburu-buru, kebelet dan semacamnya.
Jadi, bila prinsip menikah masih seperti dicontohkan di atas tadi, perlu diperbarui dengan prinsip yang lebih kuat. Tak salah, namun itu lemah. sebab jika cuma " karena itu ", maka setelah " karena itu " -nya terwujud, ya bermakna sudah, selesai. Bukan, bukan begitu pernikahan. Sebab pernikahan itu bukanlah sekedar hanya " pengin " saja, namun karena kita " butuh " dan " siap ". Maka dari itu orang yang miliki prinsip menikah, sesungguhnya ta'aruf itu dikomitmenkan/di azamkan untuk menikah, not for trial.
Orang yang prinsip menikahnya lemah, condong akan " mempermainkan " ta'aruf atau khitbah, hati-hati saja. Walau sebenarnya ta'aruf semestinya diajukan bukan karena cuma " pengin " menikah, namun karena memanglah telah siap menikah. Mudah-mudahan sahabat-sahabatku, ikhwan-akhwat terlepas dari miskin prinsip menuju pernikahan.
Sumber : reportaseterkini. net