>
Putri Tanti Rahayu, anak dari seorang buruh pembuat batu bata dan buruh pabrik tidak menyangka kalau dirinya akan lolos jadi Polwan di Polres Magelang, Jawa Tengah. Sebab, dalam pikirannya menjadi polisi membutuhkan biaya besar untuk pendaftran.
Tetapi nasib berkata lain, semua yang ada dipikirannya sirna setelah dia lolos pendaftaran pada th. 2014 lalu. Awalnya dara 20 th. ini juga tidak pernah bermimpi menjadi seorang Polwan.
" Sejak awal saya tidak pernah berangan-angan untuk menjadi Polisi Wanita. Ekonomi keluarga paspasan, " kata Putri, diambil dari Humas Polres Magelang,
Anak pertama dari empat bersaudara itu menceritakan, waktu menyelesaikan pendidikan tingkat SMA, tepat pada bln. April 2014, ada informasi kalau Kepolisian membutuhkan Polwan sebanyak 7. 000 semua Indonesia. Ibunya kemudian memberi saran jika agar dirinya mendaftar.
" Ibu menyarankan saya untuk mendaftar. Waktu itu saya beranggapan bila masuk polisi harus bayar tidak sedikit dan sempat saya menolak, " kata Putri, yang kini berpangkat Bripda.
Bripda Putri tribratanews. com
Karena dia pernah menolak, ibunya berkata " Memangnya yang bisa masuk polisi hanya orang yang punya uang? Nduk, menowo dadi rejekimu, lillahi Ta'ala saja nduk. Dicoba dulu ".
Semangat itu yang mengantarkan Putri akhirnya memutuskan untuk mendaftar.
Tetapi kala itu sulit untuk input data. Lalu dia bertanya ke Polsek Salaman, Magelang. Oleh petugas jaga disarankan untuk bertanya langsung ke Polres Magelang.
" Tetapi saya takut dengan polisi, sehingga saya memutuskan untuk mencoba mencari informasi melalui internet, " kenangnya.
Setelah Ujian Nasional, dibantu teman akhirnya Putri dapat login ke web penerimaan anggota Polwan. Setelah itu dia melakukan verifikasi ke Polres Magelang pada hari terakhir pendaftaran.
" Saat pengumpulan administrasi saya hanya membawa fotokopi KTP, Kartu Keluarga, KTP orangtua dan foto copy ijazah. Dan ketika Ritmin awal, saya datang ke Polres Magelang, lalu naik ke lantai dua dan bertemu dengan pendaftar dari salah satu SMA favorit di Magelang. Saya merasa pernah tidak percaya diri karena administrasi saya masih banyak kurang lengkap, " ceritanya.
Lalu, anak pasangan Tobai (48) dan Mulyanti (43) itu memutuskan pulang dengan menggunakan angkutan umum dan menunggu di depan Polres. Namun angkutan yang ditunggu tidak kunjung ada.
" Dalam keadaan hujan abu ringan, saya putuskan untuk berjalan kaki sampai di kolam renang yang berjarak 1 km untuk mencari angkutan, " katanya.
Lanjutnya, Sampai dirumah sekitar jam 13. 00 WIB dia mendapat telepon dari petugas pendaftaran di Polres Magelang. Yang menelepon itu mengatakan, kalau jika mau mengundurkan diri, diperintahkan untuk membuat surat pernyataan dengan bermeterai Rp 6. 000.
" Kalau ingin dilanjut ditunggu di Polres sampai jam 15. 00 WIB, " tutur Putri
Ahkirnya Putri memutuskan untuk meneruskan mendaftar. Diantar teman, dia sampai di Polres dan administrasi diperiksa. Akhirnya panitia pendaftar memberikan saat untuk melengkapi jika lolos Riksmin awal.
" Saat pengumuman saya tidak terlalu berharap untuk lolos. Semua saya serahkan pada Allah SWT. Dan tidak diduga saya diberikan kesempatan untuk maju mengikuti tes di Semarang, " tuturnya.
Setiap tes selalu diantar oleh adik sepupunya yang berkerja di satpam kantor Pajak Semarang.
" Lalu saya pulang-pergi naik bus menuju Ambarawa. Bila ibu saya lembur, dia menjemput saya di depan Toserba ADA Semarang. Bila tidak, ibu menyusul ditempat tes saya, " tambah Putri.
Di saat akan tes jasmani, Putri pernah ingin mengundurkan diri karena sadar tidak jago renang.
" Saya pernah putus asa, Tetapi Ibu selalu memberi dukungan, satu kata dari nasehat ibu yang selalu saya ingat 'Kasihan adik-adikmu nduk', " katanya.
Dengan keyakinan dan dorongan ibunya, tes jasmani dilaksanakan walaupun juga tidak dipaksakan. Dengan keyakinan apabila memang rejeki Allah tentu membantu.
" Alhamdulillah saya dapat melewati tes renang dan saya sangat bersyukur waktu Riksmin akhir, saya dinyatakan lolos serta masuk pendidikan di SPN Purwokerto, " katanya.
" Tekad saya adalah keluarga saya. Karena rumah saya ambruk tanpa sebab. Semua rata dengan tanah. Saya sedih melihat keadaan seperti itu, " cerita dia.
Putri berharap, adik-adiknya dapat lebih baik dari dirinya. Supaya kelak dapat memenuhi semua kebutuhan hidup mereka dan keluarga.
" Saya berharap suatu waktu nanti saya dan adik-adik saya bisa membuka lembaran yang lebih baik. Tidak harus memiliki banyak materi. Kehidupan yang sederhana untuk saya telah lebih dari mencukupi, " harapnya.
Kini, Bripda Putri Tanti sudah menjadi Polwan. Setiap tidur di mes Jagoan Magelang, pagi-pagi selalu pulang ke rumah di pelosok daerah Salaman Magelang, untuk sekadar masak buat bapak dan adiknya. Selanjutnya pergi kerja sambil mengantar adik-adiknya pergi ke sekolah.
Putri, sampai kini masih mendiami rumah reyot yang begitu sederhana dan terbuat dari bambu, bersama ke-2 orangtua juga tiga adiknya
Merdeka.com -